Berawal dari sebuah kekaguman yang terus menerus dipupuk dan disiram, ibarat bunga akan menjadi tumbuh subur. Tetapi, akankah kesuburannya bisa menjadi berkah bagi lingkungan sekitarnya? Ataukah akan menjadi malapetaka???
* * *
Sebut saja namanya Dinda. Kisah ini berawal di akhir semester menjelang skripsi. Kebetulan Dinda mendapatkan dosen pembimbing sebut saja namanya Ari yang notabene so famous di kampus. Ada suatu kebanggaan tersendiri bagi seorang mahasiswa apabila menjadi anak bimbingan Pak Ari. Menjadi anak bimbingan skripsinya ngga semudah membalikkan telapak tangan alias susah-susah gampang.
Berawal dari kekaguman Dinda pada sang idola yang tidak lain dan tidak bukan adalah sang dosen, akhirnya Dinda memberanikan diri untuk meminta Pak Ari menjadi dosen pembimbing skripsinya. Setelah melalui diskusi panjang mengenai tema yang akan diangkat di skripsinya, akhirnya pak Ari setuju untuk menjadi dosen pembimbing. Sudah barang tentu Dinda sangat happy bin seneng banget keinginannya tercapai.
Akhirnya setelah melalui penelitian, Dina berhasil menyelesaikan penulisan skripsinya, Dinda maju sidang alias pendadaran. Butuh perjuangan lumayan extra agar Dinda bisa mewujudkan impian untuk lulus wisuda sesuai dengan impiannya. Perjuangan tersebut tidak lepas dari bantuan sang dosen idola. Sebab waktu pendaftaran pendadaran sudah penuh, Pak Ari turun tangan, hingga pendadaran Dinda bisa dilaksanakan di hari libur, tepatnya hari Minggu. Dinda merasa ngga enak sama bagian akademik kampus, tetapi sang dosen idola memastikan bahwa apapun yang terjadi sang dosen yang bertanggungjawab. Dinda sangat berterima kasih sama Pak Ari.
Hari Minggu, hari yang ditunggu-tunggu dan mendebarkan akhirnya datang juga. Dinda begitu nerves menghadapi pendadarannya, but at last she did it well, and her lecturer proud of her.
Hari kebesaran bagi para mahasiswa pun tiba. Dinda sangat senang bisa menyelesaikan S1-nya dengan hasil sangat memuaskan. Sebagai rasa terima kasih ke sang dosen idola, Dinda memberikan semacam kenang-kenangan, seraya pamit dan minta restu, karena langsung diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta tiga hari setelah kelulusan.
Tiga tahun berlalu, tetapi mereka masih keep contact. Walaupun cuma sebatas menanyakan kabar dan kegiatan masing-masing, Dinda merasa begitu bahagia.Dia merasa telah jatuh hati pada sang dosen idola. Apalagi kabar terakhir yang di dengar bahwasanya sang dosen telah berhasil meraih gelar Profesor. Lagi, setiap komunikasi lewat chatting atuapun sms, sang dosen selalu memanggil Dinda dengan panggilan sayang. Tidak dipungkiri lagi, seperti melangkah di atas awan Dinda mendapat panggilan seperti itu.
Seiring waktu berjalan, mereka semakin intens berhubungan jarak jauh. Sampai pada suatu saat sang dosen minta untuk ketemuan. Dengan berbagai macam alasan, Dinda berusaha untuk menolak ajakan sang dosen. Sang dosen pantang menyerah. Akhirnya Dinda menjanjikan kepada sang dosen bahwa suatu saat nanti as soon as possible mereka akan ketemuan.
Dinda galau. Dalam kegalauan, jauh di lubuk hatinya tanpa disadari kekagumannya selama ini telah berubah menjadi cinta. BERUBAH MENJADI CINTA TERLARANG……….
* * *
Kegalauan Dinda bak seperti bola salju. Dinda sangat menyadari akan hal itu, akan tetapi dinda seolah-olah tidak menghiraukan seruan dari teman sejatinya alias hati nuraninya kalau apa yang dia rasakan adalah sesuatu hal yang tidak “selalu” dibenarkan. Mungkin seperti inilah yang banyak orang katakan love is blind…….
Dengan tidak menghiraukan seruan dari “teman sejatinya”, hubungan Dinda dengan sang dosen pujaan semakin intens saja. Untaian sms mesra saling terkirimkan. Saling berkirim kabar sudah menjadi main job mereka setiap hari. Minimal berkirim kabar dalam sehari tiga kali. Dinda sudah bener-bener fall in love with him.
Sampai pada suatu waktu, mereka merencanakan pertemuan di Jakarta. Pada awalnya Dinda ragu meng-iya-kan ajakan Pak Ari. Tapi karena desakan Pak Ari dengan dalihnya ada beberapa hal yang harus didiskusikan berkenaan dengan bidang yang sedang ditekuni di pekerjaannya Dinda.
“Sebelumnya perlu diketahui bahwa Dinda merupakan salah satu karyawan di perusahaan swasta di mana dia menangani permasalahan sosial kemasyarakatan dan pada saat ini Dinda sedang melakukan riset mengenai masalah sosial dalam rangka promosi jabatannya untuk menjadi manager. Kebetulan sekali Pak Ari merupakan orang yang paham betul mengenai seluk beluk permasalahan social yang ada di lingkungan masyarakat.
Tanpa bisa mengelak lagi, akhirnya Dinda memutuskan waktu pertemuannya. Weekend, dirasakan pas untuk pertemuan itu. Pertemuan bertempat di salah satu restaurant di bilangan Jakarta Timur.
Pertemuan yang membuat nerves Dinda pun akhirnya terjadi. Ga bisa dideskripsikan dengan apapun perasaan Dinda waktu itu: campur aduk. Ibarat permen, kayak permen nano nano, asem manis ga karuan.
Lima belas menit pertama pertemuan mereka terlihat begitu kaku. Tapi, setelah beberapa lama berselang, mereka terlihat begitu enjoy dan terhanyut dalam percakapan yang kadang-kadang disisipin dengan joke-joke dan saling melempar pujian. Diskusi masalah pekerjaan yang menjadi dalih awal pertemuan hanya sekedar dalih semata. Selebihnya pembicaraan mereka bak sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara.
Pertemuan yang berdurasi kurang lebih 3 jam tersebut akhirnya harus diakhiri, karena Dinda harus segera terbang balik ke tempat dia bekerja. Walaupun weekend, Dinda tidak bisa ambil full weekend untuk liburannya waktu itu, oleh karena harus mempersiapkan bahan meeting buat direksi. Alhasil karena pertemuan yang dirasa sangat singkat tersebut, Pak Ari mengajak Dinda for the next meeting. Mendapat ajakan seperti itu, Dinda sempat ragu untuk meng iyakan, tapi finally she agreed for the next meeting.
Dalam perjalanan Dinda kembali ke kantornya, kegalauan dinda kembali merasuki relung hatinya, apalagi dalam perbincangan mereka, Pak Ari bilang, kalau telah jatuh hati pada Dinda. At the time she felt so happy for his statement,and finally she could meet with her lovely, but deep inside of her heart she really doesn’t do that, because she knows that, she has do mistaken.
Love is blind.. Dinda benar – benar telah dibius oleh kekaguman yang berbuah cinta yang belum tentu apabila dipetik buahnya akan terasa manis pada akhirnya………
* * *
Cinta ga harus memiliki. Mungkin pepatah ini yang dirasa pas untuk menggambarkan keadaan Dinda saat ini……………
Semakin hari hubungan antara Pak Ari dan Dinda semakin akrab saja. Sampai suatu ketika Pak Ari mengutarakan keinginannya untuk menikahi Dinda. Dinda bak disambar petir di siang bolong. Campur aduk ga karuan perasaannya waktu itu. Antara seneng dan bingung. Pak ari tidak mengharuskan Dinda menjawab seketika itu juga. Dia memberikan waktu berpikir sebelum mengambil keputusan. Pak Ari sadar juga posisi hubungan mereka sangat sulit. Di satu sisi Pak Ari sudah berkeluarga, di sisi lain dia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri kalau dia sudah benar-benar jatuh hati pada Dinda dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Hal senada juga dirasakan oleh Dinda. Rasa cinta dan sayang sama Pak Ari meluap-luap tidak bisa terbendung lagi, apalagi ditambah dengan ajakan Pak Ari untuk mengajak menikah. Akan tetapi Dinda tidak serta merta menuruti gairah cintanya yang sedang menggebu-gebu. Dalam hal ini Dinda masih bisa berfikir dengan sedikit jernih, ya ” sedikit jernih ” karena kadang kala Dinda kurang bisa menghandle hasrat cintanya ke Pak Ari. Tapi kali ini, Dinda berhasil menggunakan sedikit kejernihan pikirannya.
Setelah mengalami perenungan yang lumayan panjang ditambah dengan pergolakan yang tidak sinkron antara hati dan pikirannya, akhirnya Dinda memberanikan diri untuk mengambil keputusan. Kali ini Dinda dulu yang menghubungi Pak Ari. Dinda mengajaknya ketemuan untuk membicarakan hal ini. Bisa jadi ini merupakan pertemuan terakhir diantara mereka. Weekend dipilih Dinda untuk menyelesaikan semuanya.
Hari yang akan mengubah keadaan back to basic datang juga. Diawali dengan saling sapa melepas rindu seperti biasa mereka bercengkerama kurang lebih bener-bener seperti sepasang kekasih yang dilanda kasmaran berat.
Dirasa sudah cukup puas saling melepas rindu, akhirnya Dinda masuk ke inti pertemuan tersebut. Tanpa basa basi Dinda menyatakan keberatan dengan ajakan nikah yang sempat diutarakan Pak Ari beberapa waktu lalu, dengan alasan status Pak Ari yang sudah berkeluarga. Dinda menceritakan semua apa yang ada dalam benak dinda saat perenungan waktu itu. Dinda tidak mau menyakiti hati istri Pak Ari. Alangkah terasa sakit pastinya kalo suatu saat hubungan antara Dinda dan Pak Ari diketahui oleh sang istri. Serapi apapun hubungan tersebut ditutup-tutupi, pasti suatu saat akan terbongkar pula. Dinda juga menjelaskan seandainya ia berada pada posisi sebagai istri. Ia pasti sangat amat terkhianati dengan komitmen awal pernikahan. Panjang dan lebar Dinda menjelaskan semuanya tetapi sepertinya Pak Ari tidak mau mengerti dengan semua itu. Pak Ari berpikir kalau yang namanya cinta tidak menghiraukan status masing-masing individu yang bersangkutan.
Susahpayah Dinda membuat Pak Ari memahami dan mengerti bahwa semuanya tidak mungkin, karena akan ada banyak hal yang nantinya dikorbankan. Dengan sabar Dinda memberikan pengertian dan akhirnya Pak Ari bisa menerima semua penjelasannya. Tapi, Pak Ari minta satu hal ke Dinda, Keep in Touch, dan untuk menyenangkan hati Pak Ari untuk sementara, Dinda menyetujui hal itu. Perpisahan pun terjadi. Perpisahan yang diakhiri dengan pelukan dan kecupan sayang.
Dalam perjalanan pulang, Dinda kembali diliputi oleh kegundahan hatinya. Jauh di relung hatinya yang terdalam, Dinda yang sangat mengidolakan Pak Ari yang notabene adalah dosennya sendiri benar-benar telah dibius oleh pesonanya dan telah membuat Dinda terperangkap di dalam “Cinta Terlarang”. Ingin hati Dinda menerima tawaran Pak Ari yang telah melamar dirinya. Akan tetapi banyak hal nantinya bakal dikorbankan. Dinda sadar akan hal itu. Perpisahan mungkin jalan terbaik di antara mereka.
Dinda meyakinkan dirinya: MEMANG TIDAK SELAMANYA CINTA HARUS MEMILIKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar